Rabu, 26 Oktober 2011

Ga Bisa Pacaran Lebih Lama Lagi

“Kamu telat.” Maria mendengus ke arah Seno yang baru tiba di teras rumahnya. “Do you know how many minutes I’ve been waiting in this terrace?”

Seno memasang wajah datar. Ia berusaha sedemikian mungkin menjaga emosinya agar tak terpancing. Ia mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya, dan kemudian melewati Maria menuju pintu depan.

“Kalo emang bakal telat, kasih kabar kek. Ada hape tuh dipake buat ngasih kabar, buat nelepon, buat SMS. Bukan buat nyombongin gadget baru doang!” hardik Maria. Tapi, Seno tetap tak merespon. Ia membuka kunci pintu depan, dan langsung masuk ke dalam rumah.

Sambil melepas jaket yang ia simpan di gantungan dekat pintu, Seno duduk di kursi tamu. Ia melepas sepatu, sementara Maria tetap berada di ambang pintu.

“Aku ga diundang masuk atau gimana, gitu?”

Seno melirik sekilas pada Maria. “Silakan masuk, Maria.”

Walau sudah dipersilakan masuk, sepertinya emosi Maria masih meledak-ledak dan ingin ditumpahkan pada Seno.

“Baru pertama kali aku ke sini, buat ngelarin urusan kita, kamu malah telat dan diem aja dari tadi. Bikin kesel tau!” Maria berseru sambil duduk di kursi tamu di seberang Seno.

Seno menghela napas. Ia menatap Maria, sambil kemudian merogoh saku celananya tanpa berdiri dari duduknya.

“Lama-lama, aku ga tahan hubungan seperti ini. Aku ga bisa pacaran lebih lama lagi sama kamu.” Maria berkata sambil membuang muka ke arah kanan.

“AKU JUGA GA BISA PACARAN LEBIH LAMA LAGI SAMA KAMU!” Seno langsung merespon sambil berdiri. Suaranya lantang, mengagetkan Maria sehingga ia langsung menatap Seno kembali.

Maria diam. Emosinya yang sedari tadi meledak-ledak sirna seketika. Ia kaget sekaligus khawatir dengan respon Seno yang tiba-tiba berubah itu. Selama ini, belum pernah ia mendengar Seno berteriak seperti tadi. Apalagi, kini ia berada di rumah kontrakan Seno, otomatis, posisinya sangat lemah.

Seno kemudian beranjak mendekati Maria. Perlahan, dengan salah satu tangan di saku celananya. Perasaan was-was timbul dalam diri Maria, sehingga ia pun mengalihkan pandangannya menjauh dari Seno.

Tepat ketika jarak dengan kursi yang diduduki Maria tinggal selangkah, Seno berlutut sambil menyorongkan sebuah kotak merah kecil.

“Aku ga bisa pacaran lebih lama lagi sama kamu, karena aku pengen nikah sama kamu.” ucap Seno. “Would you marry me?”

Dan, raut wajah Maria tiba-tiba langsung menjadi ceria dengan semburat merah.

Genggamlah Tangan Si Dia

ketika berhubungan dengan genggaman tangan, masing-masing kita punya teknik berbeda yang disukai; saling bertautan jari, tangkup telapak, tangkup telapak sambil jempol mengelus, atau ikat kelingking. Apa pun gaya bergenggaman Anda, kita tahu, betapa nyamannya berada dalam genggam si dia yang terkasih.

Namun, apa alasan sebenarnya ketika kita merasa sedih, stres, atau takut, secara tak sadar, kita meraih tangan atau lengan kekasih kita? Mengapa kita menemukan kelegaan dalam genggam si dia?

Riset yang dilakukan oleh University of Virginia, yang dipimpin oleh dr James Coan menunjukkan bahwa alasannya berada di otak kita. Studi yang mengikutsertakan 16 wanita yang sudah menikah dan bahagia ini meminta para responden untuk menghadapi situasi saat sedang stres, sementara kepalanya dipindai menggunakan mesin MRI untuk mencatat aktivitas otaknya. Setelah memberikan kejutan elektrik pada setiap wanita, Coan menghitung aktivitas stres pada otak yang merespon. Kemudian ia mengulangi kejutan tersebut sementara si responden menggenggam tangan orang asing. Kemudian tesnya dilanjutkan saat si responden menggenggam tangan suaminya.

Hasilnya menunjukkan bahwa ketika menggenggam tangan orang asing, wanita yang menghadapi keadaan stres menunjukkan aktivitas yang tak terlalu tertekan. Namun, saat ia menggenggam tangan suaminya, hasil pindai menunjukkan tingkat stres yang amat rendah. Jadi, ternyata, saat menggenggam tangan pasangan, tekanan dan stres jauh berkurang.

Kalau dihitung-hitung, jika banyak pasangan saling menggenggam tangan, dan menggenggam tangan mengurangi stres, dan kurang stres berarti sehat, maka bisa dibilang, pernikahan yang bahagia akan mengarah ke kesehatan yang baik. Jadi, lain kali Anda melihat si dia sedang tidak mood karena masalah kerja, kesal karena adu argumen dengan Anda, masalah keluarga, atau apa pun alasannya, cobalah untuk genggam tangannya.

Masukkan ritual genggaman tangan dalam keseharian Anda, baik saat bersantap malam, di mobil, saat menonton televisi, atau hanya karena ingin dekat dengannya. Tak peduli berapa pun usia Anda, genggaman tangan sudah terbukti menyehatkan.